Minggu, 03 Maret 2013

makalah geografi lingkungan dan sumber daya



PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Klasifikasi atau sistematika penggolongan tanah ialah pemberian nama satuan-satuan tanah menurut kriteria tertentu dan berdasarkan sifat-sifat yang mencirikan atau sifat diagnostik yang ada pada tanah. Sifat diagnostik yang digunakan untuk klasifikasi tanah selain berkaitan erat dengan proses pembentukan tanah atau genesis tanah juga berkaitan dengan perwatakan tanah yang memengaruhi pemanfaatannya. Dengan demikian, morfologi tanah merupakan pengetahuan yang mendasari klasifikasi tanah.
Tanah adalah bagian penting dari unsur bumi yang kita pijak setiap harinya. Secara kasat mata, tanah berwarna coklat dan ada pula yang kemerah-merahan. Namun, sebenarnya klasifikasi tanah sangatlah banyak. Tanah merupakan penopang kehidupan manusia di muka bumi. Dapat dikatakan bahwa tanah adalah jantung bumi dan kehidupan. Adapun definisi tanah secara umum Menurut beberapa ahli sebagai berikut :
  1. Ramman (Jerman, 1917). Tanah sebagai bahan batuan yang sudah dirombak menjadi partikel-partikel kecil yang telah berubah secara kimiawi bersama-sama dengan sisa-sisa tumbuhan dan hewan yang hidup di dalam dan diatasnya.
  2. E. Saifudin Sarief  (1986). Tanah adalah benda alami yang terdapat dipermukaan bumi yang tersusun dari bahan-bahan mineral sebagai hasil pelapukan batuan dan bahan organik (pelapukan sisa tumbuhan dan hewan), yang merupakan medium pertumbuhan tanaman dengan sifat-sifat tertentu yang terjadi akibat gabungan dari faktor-faktor alami, iklim, bahan induk, jasad hidup, bentuk wilayah dan lamanya waktu pembentukan.
Tanah juga merupakan tempat sirkulasi kehidupan, baik sebagai media perantara antara hewan dengan makannya, tumbuhan dengan unsur hara. Tanah terjadi melelui beberapa proses, dimulai dari pelapuakan batuan, menjadi batuan kecil,(serpiahan), berproses hingga ahkirnya menjadi unsur tanah baru, tanah bisa juga terbentuk akibat pelapukan tumbuhan dan hewan, adapun hal-hal yang mendukung terbentuknya tanah di antaranya: air, udara, dan angin.

1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penyusunan makalah ini adalah :
1.      Mengetahui tentang klasifikasi tanah
2.      Mengetahui tentang sistem klasifikasi tanah nasional Indonesia
3.      Mengetahui sistem Soil Taxonomy (USDA)

PEMBAHASAN

            Sistem klasifikasi tanah nasional Indonesia lebih dikenal dengan nama sistem L.P.T/Puspetan, yang didasarkan pada sistem USDA lama. Sistem klasifikasi tanah nasional Indonesia dalam perkembangan selanjutnya mengalami beberapa kali modifikasi dan penyempurnaan sampai yang terakhir, yaitu dengan diterbitkannya Terms of Reference Tipe A, Pemetaan Tanah. Tingkat kategori yang digunakan ada enam, berturut-turut dari tingkat kategori tertinggi hingga terendah adalah : (1) Golongan, (2) Kumpulan, (3) Jenis, (4) Macam ,(5) Rupa, dan (6) Seri. Tingkat kategori yang sudah banyak dikembangkan dalam survei dan pemetaan tanah di Indonesia ialah tingkat kategori jenis (great soil group). Satuan-satuan jenis tanah yang ada di Indonesia antara lain :
1.      Organosol atau Tanah Gambut. Satuan tanah Gambut berasal dari bahan induk bahan organik, biasanya dari hutan rawa atau rumput rawa. Tanah Gambut mempunyai ciri-ciri dan sifat sebagai berikut : tidak terjadi deferensiasi horison secara jelas, ketebalan lebih dari 50cm ; warna coklat kehitaman, tekstur debu-lempung, tidak berstruktur, konsistensi tidak lekat, kandungan organik lebih dari 30% untuk tanah tekstur lempung dan lebih dari 20% untuk tanah tekstur pasir, umumnya bersifat sangat asam (pH 4,0) kandungan unsur hara tersedia rendah. Persebaran Gambut menurut kondisi relief dibedakan menjadi :
a.       Gambut Ombrogen : terletak di daratan pantai berawa, mempunyai ketebalan 0,5 m-16 m, terbentuk dari sisa tumbuhan hutan dan rumput jawa, hampir selalu tergenang air. Bersifat sangat asam. Contoh keterdapatan secara luas Gambut di Indonesia ada di daerah dataran pantai Timur Sumatra, dataran rawa Kalimantan dan dataran pantai selatan Papua.
b.      Gambut Topogen : terbentuk di daerah cekungan (depresi) berawa di daerah dataran rendah maupun di pegunungan, berasal dari sisa tumbuhan rawwa, ketebalan 0,5 m- 6 m, bersifat agak asam, kandungan unsur hara relatiflebih tinggi. Contoh penyebarannya di Rawa Pening, dan Rawa Lakbok.
c.       Gambut Pegunungan : terbentuk di daerah topografi pegunungan, berasal dari sisa tumbuh-tumbuhan yang hidupnya seperti di daerah sedang (vegetasi sphagnum). Contoh di Dataran Tinggi Dieng Provinsi Jawa Tengah.
2.      Aluvial. Satuan tanah Aluvial di kategorikan sebagai tanah muda karena belum mengalami perkembangan lanjut dari bahan induknya. Tanah Aluvial mempunyai sifat-sifat : tekstur beraneka, belum terbentuk struktur, konsistensi dalam keadaan basah lekat, pH beraneka, kesuburan umumnya sedang hingga tinggi. Persebaran tanah Alivium terdapat di daerah dataran aluvial sungai, dataran aluvial pantai dan di daerah cekungan (depresi)
3.      Regosol. Satuan tanah Regosol dikategorikan sebagai tanah muda karena belum menunjukkan adanya perkembangan horison tanah. Tanah Regosol tersusun atas bahan induk yang masih sangat sedikit mengalami alterasi baik mekanik maupun khemik. Tanah Regosol mempunyai sifat-sifat : tekstur pasir, struktur berbutir tunggal, konsistensi lepas-lepas, pH umumnya netral, kesuburan sedang, berasal dari bahan induk material vulkanis piroklatis atau pasir pantai. Persebaran tanah Regosol adalah di daerah lereng gunung api muda dan pada daerah beting dan gumuk pasir pantai.
4.      Litosol. Tanah Litosol merupakan tanah mineral yang tanpa mengalami perkembangan profil. Ciri utama dari tanah Litosol adalah tanah dengan ketebalan terbatas (<30cm) yang menumpang langsung di atas batuan induk yang padu dan keras. Litosol mempunyai rentang sifat : tekstur beraneka dan pada umumnya berpasir, tak berstruktur, warna kandungan batu, kerikil dan kesuburan bervariasi.
5.      Latosol. Satuan tanah Latosol merupakan tanah yang telah berkembang atau terjadi deferensiasi horison. Latosol mempunayi rentang bersifat : solum dalam, tekstur lempung, struktur remah hingga gumpal, konsistensi gembur hingga teguh, warna cokelat, merah hingga kuning. Latosol tersebar di daerah beriklim basah, elevasi antara 300-1000 meter
6.      Grumusol. Satuan tanah Grumusol merupakan tanah mineral yang telah mempunyai perkembanga n profil khas, berupa bidang kilir pada kedalaman >60cm. Grumusol mempunyai rentang bersifat : solum agak tebal, tekstur lempung berat, struktur kersai (granular) di lapisan atas dan gumpal hingga pejal di lapisan bawah, konsistensi bila basah sangat lekat dan plastis, bila kering sangat keras dan tanah retak-retak. Grumusol mempunyai sifat self mulching sebagai akibat dari kandungan lempung montmorilonit, umumnya bersifat alkalis, kejenuhan basa dan kapasitas adsorpsi tinggi, permeabilitas lambat dan peka erosi.
7.      Podsolik  Merah-Kuning. Satuan Tanah Podsolik Merah-Kuning merupakan tanah mineral yang telah berkembangan. Satuan tanah Podsolik Merah-Kuning  mempunyai rentang bersifat : solum tebal, tekstur lempung hingga lempung berpasir, struktur gumpal, konsistensi lekat, bersifat agak asam (pH kurang dari 5,5), kesuburan rendah hingga sedang, warna merah sampai kuning, kejenuhan basa rendah, peka erosi.
8.      Podsol. Satuan tanah Podsol tergolong kedalam tanah mineral yang telah mempunyai perkembangan profil. Podsol mempunyai susunan horison terdiri dari horison Albic dan Spodic yang jelas, tekstur lempung hingga pasir, struktur gumpal konsistensi lekat, kandungan pasir kwarsanya tinggi, sangat masam, kesuburan rendah, kapasitas pertukaran kation sangat rendah, peka terhadap erosi, batuan induk pasir dengan kandungan kwarsanya tinggi, batuan lempung dan tuf masam.
9.      Andosols. Satuan tanah andosols merupakan tanah mineral yang telah mempunyai perkembangan profil. Andosols mempunyai rendah sifat-sifat : solum agak tebal, warna cokelat kekelabuan hingga hitam, kandungan organik tinggi, tekstur geluh berdebu, struktur remah, konsistensi gembur dan bersifat licin, kadang-kadang berpadas lunak, agak asam. Persebaran didaerah beriklim sedang dengan curah hujan di atas 2500mm/tahun tanpa bulan kering, umumnya dijumpai di daerah lereng atas dan sekitar kerucut gunungapi pada ketinggian di atas 900meter.
10.  Mediteran Merah-Kuning. Satuan tanah Mediteran Merah-Kuning merupakan kelompok tanah mineral yang telah mempunyai perkembangan profil. Satuan tanah Mediteran Merah-Kuning mempunyai rentang bersifat : solum sedang hingga dangkal, warna cokelat hingga merah, mempunyai horison B argillik, tekstur geluh hingga lempung, struktur gumpal bersudut, konsistensi teguh dan lekat bila basah, pH netral hingga agak basah, kejenuhan basah tinggi, daya adsorbsi sedang, permeabilitas sedang dan peka erosi. Horison B pada Mediteran Merah-Kuning mempunyai fragmen batu gamping sisa pelarutan dan atau gamping sekunder.
11.  Aluvial Hidromorf Kelabu (Gleisol). Satuan tanah Gleisol merupakan tanah mineral yang mempunyai perkembangan khusus sebagai akibat sebagian besar profil tanah dalam kondisi anaerob. Gleisol mempunyai rentang sifat : solum tanah sedang warna kelabu hingga kekuningan, tekstur geluh hingga lempung, struktur berlumpur hingga masif, konsistensi lekat, bersifat asam (pH a,5-6,0) kandungan bahan organik tinggi. Ciri khas tanah ini adanya lapisan glei menerus yang berwarna kelabu pucat pada kedalaman kurang dari 0,5 m akibat dari profil tanah selalu jenuh air.
12.  Tanah Sawah (Paddy Soil). Tanah sawah ditetapkan sebagai sebuah satuan tanah mandiri karena telah dipersawahkan selama ratusan tahun sehingga memperlihatkan perkembangan profil khas, yang menyimpang dari tanah aslinya. Penyimpangan perkembangan profil satuan tanah sawah antara lain berupa terbentuknya lapisan bajak yang hampir kedap air disebut padas olah pada kedalaman 25-30cm. Lapisan padas olah merupakan lapisan yang tak tembus perakaran, terutama bagi tanaman semusim. Lapisan olah diatas padas olah tampak jelas pada tanah Latosol, Mediteran, dan Regosol ; samar-samar pada tanah Aluvial dan Grumusol.


Taksonomi Tanah USDA
            Banyak negara mengembangkan dan menggunakan sistem klasifikasi tanah nasional masing-masing tetapi Soil Taxonomy tetap dipelajari, bahkan dijadikan bahan pembanding untuk mengorelasikan dengan satuan-satuan tanah yang dimilikinya. Satuan-satuan taksonomi tanah USDA merupakan alat komunikasi yang baik karena mencakup berbagai tingkatan skala pemanfaatan mulai dari skala detail hingga global. Taksonomi tanah terdiri dari enam kategori dengan sifat-sifat faktor pembeda mulai dari kategori tertinggi (global) ke kategori terendah (detail), sebagai berikut :
·         Ordo
Terdiri dari 12 satuan. Faktor pembeda pada kategori ordo adalah ada tidaknya horison diagnostik dan atau susunan horison diagnostik serta sifat diagnostik yang lain yang bukan berupa horison


·         Subordo
Terdiri dari 53 satuan. Faktor pembeda adalah pembatas utama dalam pemanfaatan tanah, khususnya untuk kepentingan pertanian. Pembatas utama yang digunakan untuk pembeda dalam kategori Subordo adalah regim kelembaban dan regim suhu tanah. Ada empat satuan ordo yang dibedakan pada kategori Subordo tidak berdasarkan regim kelembaban dan regim suhu tanah, yaitu Gelisols, Histosols, Aridisols, dan Entisols.
·         Greatgroup
Pada saat ini dikenal 250 satuan. Faktor pembeda pada kategori Greatgroup adalah faktor pembatas yang lebih detail dibandingkan dengan regim kelembaban dan regim suhu tanah. Ada banyak faktor pembatas tersebut harus telah meninggalkan ciri morfologis pada profil tanah.
·         Subgroup
Pada saat ini jumlah satuan tanah pada kategori Subgroup masih terus bertambah seiring semakin luasnya penerapan sistem taksonomi untuk pemetaan wilayah-wilayah yang belum dipetakan sebelumnya. Pada kategori Subgroup, satguan-satuan tanah dikelompokkan ke dalam tiga golongan, yaitu : typical, interchange dan extragrade.
·         Famili
Jumlah satuan tanah dalam kategori Famili masih terus bertambah. Faktor pembedaannya adalah sifat-sifat tanah yang penting untuk pengelolaan tanah baik untuk kepentingan pertanian ataupun keteknikan. Sifat-sifat tanah yang sering digunakan sebagai faktor pembeda untuk famili antara lain adalah : sebaran besar butir, ketebalan, tipe mineral lempung, dan regim temperatur.
·         Seri
Jumlah satuan seri tanah masih terus bertambah, di Amerika saja sudah dikenal kurang lebih 12.000 satuan seri tanah. Faktor pembeda yang digunakan adalah sama dengan pembeda famili, namun rentang klasifikasi yang digunakan lebih terperinci




KESIMPULAN

Sistem klasifikasi tanah diperlukan untuk pengkajian tanah secara tepat diberbagai tempat di permukaan bumi, dan untuk memublikasikan hasil kajian secara sistematik. Ada berbagai sistem klasifikasi tanah yang ada di dunia, tetapi hanya ada dua sistem yang terkenal dan diterapkan secara luas, yaitu : (1) sistem klasifikasi tanah USDA atau dikenal dengan Soil Taxonomy dan (2) sistem FAO/UNESCO yang saat ini dikenal dengan sistem World Referrence Base for Soil Resourec (WRB). Di samping dua sistem klasifikasi tanah yang banyak dipakai secara luas, dikenal pula sistem-sistem klasifikasi tanah nasional yang banyak dikembangkan oleh negara tertentu, seperti Jerman, Australia, Canada, dan masih banyak yang lain. Indonesia pada awalnya juga mengembangkan sistem klasifikasi nasional yang pelopori oleh R. Dudal dan M. Soepraptohardjo (1957). Sistem klasifikasi tanah nasional Indonesia secara resmi dikeluarkan oleh Lembaga Penelitian Tanah Bogor. Sistem klasifikasi tanah USDA, WRB, dan sistem Nasional Indonesia akan dibahas di dalam buku ini. Penekanan lebih diberikan kepada sistem USDA dan WRB karena saat ini sistem nasional Indonesia tidak dikembangkan lebih lanjut.

Satuan-satuan jenis tanah yang ada di Indonesia antara lain :
1.      Organosol atau Tanah Gambut
2.      Aluvial
3.      Regosol
4.      Litosol
5.      Latosol
6.      Grumusol
7.      Podsolik Merah-Kuning
8.      Podsol
9.      Andosols
10.  Mediteran Merah-Kuning
11.  Aluvial Hidromorf Kelabu (Gleisol)
12.  Tanah Sawah (Paddy soil)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar